loading...
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Obesitas
merupakan suatu keadaan fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara
berlebihan di dalam tubuh. Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik
di negara maju, seperti Inggris, Brasil, Singapura dan dengan cepat berkembang
di negara berkembang, terutama populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia
tertentu. Prevalensi obesitas meningkat secara signifikan dalam beberapa
dekade terakhir dan dianggap oleh banyak orang sebagai masalah kesehatan masyarakat
yang utama (Lucy A. Bilaver,2009).
WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang
dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini
diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas.
Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat. Jika keadaan ini terus berlanjut
maka pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk dunia akan menjadi obes (Sayoga
dalam Rahmawaty, 2004). Panama dan Kuwait tercatat sebagai dua negara dengan
prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni sekitar 37%. Setelah itu Peru
(32%) dan Amerika Serikat (31%). Di Brasil, kenaikan kasus obesitas terjadi
pada anak-anak sebesar 239%.
Di
Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-anak,
dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27%
berdasarkan laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003). Masalah
obesitas meluas ke negara-negara berkembang: misalnya, di Thailand prevalensi
obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah meningkat dari 12,2% menjadi 15,6%
hanya dalam dua tahun (WHO, 2003).
Tingkat prevalensi obesitas di Cina mencapai 7,1% di Beijing dan 8,3% di
Shanghai pada tahun 2000 (WHO, 2000). Prevalensi obesitas anak-anak usia 6
hingga 11 tahun sudah lebih dari dua kali lipat sejak tahun
1960-an (WHO, 2003). Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar orang
dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta di antaranya
dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015 diprediksi kasus obesitas akan
meningkat dua kali lipat dari angka itu.
Obesitas
di Indonesia sudah mulai dirasakan secara nasional dengan semakin meningginya
angka kejadiannya. Selama ini, kegemukan di Indonesia belum menjadi sorotan
karena masih disibukkan masalah anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di
Indonesia belum mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia
mulai melirik masalah obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu
sumber daya manusia (SDM) di kemudian hari. Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan
mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004
prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun
2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi
lebih 3,4% (Data SUSENAS,2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Menurut
penelitian DR. Dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) dari FKUI/RSCM bersama
koleganya pada tahun 2002 melakukan penelitian di 10 kota-kota besar yaitu
Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, Solo, Jogkakarta, Surabaya,
Denpasar, dan Manado dengan subyek siswa sekolah dasar.
Hasilnya memperlihatkan prevalensi obesitas pada anak sebesar 17,75 persen
di Medan, Padang 7,1 persen, Palembang 13,2 persen, Jakarta 25 persen, Semarang
24,3 persen, Solo 2,1 persen, Jogjakarta 4 persen, Surabaya 11,4 persen,
Denpasar 11,7 persen, dan Manado 5,3 persen. Menurut data Susenas tahun 1995
dan 1998 di Sulawesi Selatan. angka kegemukan cukup tinggi, yaitu dari 4,7% ke
6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median baku WHO-NCHS. Hal ini
menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka beban pemerintah
khususnya Departemen Kesehatan akan semakin
bertambah
(Kanwil Depkes, 1998).
Sedangkan
prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di
Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Obesitas sendiri sekarang dikenal sebagai ajang
reuni berbagai macam penyakit. Salah satunya Penyakit jantung koroner (PJK)
yang merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat
penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis
yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran
darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot
jantung.
Penyakit
jantung koroner kerap diidentikkan dengan penyakit akibat “hidup enak”, yaitu
terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung lemak dan kolesterol. Hal ini
semakin menjadi dengan kian membudayanya konsumsi makan siap saji alias junk
food dalam kurun waktu satu dekade ini. Tak dapat dimungkiri, junk food telah
menjadi bagian dari gaya hidup sebagian masyarakat di Indonesia.Lihat saja
berbagai gerai yang terdapat di mal-mal, selalu penuh oleh pengunjung dengan
beragam usia, dari kalangan anak-anak hingga dewasa.Padahal junk food banyak
mengandung sodium, lemak jenuh dan kolesterol. Soium merupakan bagian dari
garam. Bila tubuh terlalau banyak mengandung sodium,dapat meningkatkan aliran
dan tekanan darah sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi lah yang dapat berpengaruh munculnya gangguan penyakit
jantung. Lemak jenuh berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati untuk
memproduksi bnnyak kolesterol yang juga berperan akan munculnya penyakit
jantung. Karena kolesterol yang mengendap lama-kelamaan akan menghambat aliran
darah dan oksigen sehingga menggangu metabolisme sel otot jantung.
Dalam hal ini akan diuraikan pada kajian ini tentang apa yang disebut
obesitas,apa penyebabnya, bagaimana konsekwensi obesitas pada penyakit jantung
koroner, dan bagaimana mengatasinya. Selain itu akan dibahas lebih lanjut
mengenai hubungan obesitas terhadap kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).
B.
Rumusan Masalah
1. Apa defenisi
Obesitas?
2. Apa saja
tipe-tipe Obesitas?
3. Apa
gejala-gejala timbulnya Obesitas?
4. Apa penyebab
timbulnya Obesitas?
5. Bagaimana cara
pengukuran Obesitas?
6. Bagaimana
mekanisme terjadinya Obesitas?
7. Penyakit-penyakit yang timbul akibat
obesitas?
8. Bagaimana cara
penanggulangan penyakit Obesitas?
9. Apa program
pemerintah dalam menurunkan angka penderita Obesitas?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui
apa defenisi Obesitas
2. Untuk mengetahui
apa saja tipe-tipe Obesitas
3. Untuk mengetahui
apa gejala-gejala timbulnya Obesitas
4. Untuk mengetahui
apa penyebab timbulnya Obesitas
5. Untuk mengetahui
apa bagaimana cara pengukuran Obesitas
6. Untuk mengetahui
apa bagaimana mekanisme terjadinya Obesitas
7. Untuk mengetahui apa penyakit-penyakit yang
timbul akibat obesitas
8. Untuk mengetahui
apa bagaimana cara penanggulangan penyakit Obesitas
9. Untuk mengetahui
apa program pemerintah dalam menurunkan angka penderita Obesitas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Obesitas
Obesitas
adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke
dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007). Menurut WHO Obesitas adalah
penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu
kesehatan. Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan obesitas apabila
terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka
Obesitas
merupakan keadaan yang menunjukkan ketidak seimbangan antara tinggi dan berat
badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan
yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
Terjadinya
obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya
aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007). Dengan
demikian tiap orang perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan (disesuaikan
dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan.
Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini terutama diperlukan bagi mereka
yang kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin wanita,
pekerjaan banyak duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta emosionalnya
labil.
Definisi
Obesitas Obesitas dan kelebihan berat badan telah di dekade terakhir menjadi
masalah global – menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali pada tahun
2005 sekitar 1,6 miliar orang dewasa diatas usia 15 + adalah kelebihan berat
badan, setidaknya 400 juta orang dewasa yang gemuk dansetidaknya 20 juta anak
di bawah usia 5 tahun yang kelebihan berat badan.Para ahli percaya jika
kecenderungan ini terus berlangsung pada tahun 2015 sekitar 2,3 miliar orang
dewasa akan kelebihan berat badan dan lebih dari 700 juta akan obesitas. Skala
masalahobesitas memiliki sejumlah konsekuensi serius bagi individu dan sistem
kesehatan pemerintah
B.
Tipe-Tipe Obesitas
Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2
klasifikasi, yaitu:
1.
Tipe
obesitas berdasarkan bentuk tubuh dan
2.
Tipe
obesitas berdasarkan keadaan sel lemak.
1. Tipe Obesitas
Berdasarkan Bentuk Tubuh
a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)
Type seperti ini
biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko
kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah pear
(Gynoid),
b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada
disimpan di sekitar pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe
gynoid umumnya kecil.
c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe
ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya
terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetic.
2. Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak
a. Obesitas
Tipe Hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak
yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal.
b. Obesitas
Tipe Hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak
menjadi lebih besar dibandingkan keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak
bertambah banyak dari normal.
Obesitas Tipe
Hyperplastik Dan Hypertropik Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel
lemak melebihi normal.
Pembentukan sel
lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan
perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami
hypertropik.
C.
Gejala Timbulnya Obesitas
Penimbunan
lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan
paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun
penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa
terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara
waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan
tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga
panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang
lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah
cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
D.
Penyebab Timbulnya Obesitas
Obesitas dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal. Penyebab-penyebab tersebut antara lain adalah:
1. Internal
a. Genetik
b. Endokrin
2. Eksternal
a. Gaya hidup atau tingkah laku
b. Lingkungan dan faktor lain
Obesitas dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal. Penyebab-penyebab tersebut antara lain adalah:
1. Internal
a. Genetik
b. Endokrin
2. Eksternal
a. Gaya hidup atau tingkah laku
b. Lingkungan dan faktor lain
1. Internal
a. Genetik
a. Genetik
Seperti
kondisi medis lainnya, obesitas adalah perpaduan antara genetik dan lingkungan.
Gen yang ditemukan diduga dapat mempengaruhi jumlah dan besar sel lemak,
distribusi lemak dan besar penggunaan energi untuk metabolisme saat tubuh
istirahat. Polimorfisme dalam variasi gen mengontrol nafsu makan dan
metabolisme menjadi predisposisi obesitas ketika adanya kalorui yang
cukup.Prader-Willi Syndrome Selain itu, obesitas terjadi pada penderita Sindrom
Prader-Willi adalah penyakit genetic yang menimpa kira-kira satu dari 15 ribu
kelahiran. Mutasi gen terjadi pada kromosom ke 15 yang mengatur nafsu makan.
Sindrom ini dikenali sebagai gen penyebab obesitas pada anak kecil. Symptoms
yang timbul akibat sindrom ini disebabkan oleh disfungsi hipotalamus yang salah
satu fungsinya adalah mengatur rasa lapar.
Jenis Kelamin
Jenis
kelamin berpengaruh terhadap obesitas. Pria memiliki lebih banyak otot
dibandingkan dengan wanita. Otot membakar lebih banyak lemak daripada sel-sel
lain. Oleh karena wanita lebih sedikit memiliki otot, maka wanita memperoleh kesempatan
yang lebih kecil untuk membakar lemak. Hasilnya, wanita lebih berisiko
mengalami obesitas.
b. Kelainan endokrin
1) Hipotiroidisme
Hipotiroidisme
terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormone tiroid sesuai
kebutuhan tubuh.
Oleh karena itu, apabila hormone tiroid yang dihasilkan tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh, pertumbuhan akan
terganggu. Hormon tiroid sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh.
Terganggunya produksi hormon ini dapat mempengaruhi metabolisme, perkembangan
otak, pernafasan, system jantung dan saraf, temperature tubuh, kekuatan otot,
kulit, sirkulasi menstruasi pada wanita, berat badan, dan tingkat kolesterol. Produksi
hormone tiroid diatur oleh hormone TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior.
TSH akan merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresi hormone tiroid, yaitu
triidotironin (T3) dan tiroksin (T4). Apabila dalam darah terdapat sedikit
hormone tiroid tersebut, maka kadar TSH akan meningkat untuk merangsang
kelenjar tiroid mensekresi hormone tiroid. Sebaliknya, apabila dalam darah
telah cukup atau bahkan lebih banyak terdapat hormone tiroid, kadar TSH akan
menurun. Sekresi TSH diatur oleh hormone hipotalamus, yaitu TRH. Penurunan
respons hipofisis terhadap TRH sangat jarang terjadi. Yang terjadi pada hipotiroidisme
adalah kadar TSH meningkat akibat dari fungsi kelenjar tiroid yang menurun.
Selain itu, hipotiroidisme dapat disebabkan oleh kelenjar hipofisis tidak
bekerja dengan normal. Terganggunya kerja hipofisis dapat menyebabkan produksi
TSH terganggu dan akibatnya kelenjar tiroid pun akan terganggu. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, hipotiroidisme menyebabkan metabolisme tubuh
terganggu. Hipotiroidisme menyebabkan kecepatan metabolisme karbohidrat dan
lemak menurun. Hal ini akan menyebabkan obesitas. Hipotiroidisme yang berat
disebut Miksedema.
2) Sindrom Cushing
Sindrom Cushing disebabkan karena kadar
cortisol berlebih. Hipotalamus mensekresikan CRH (Coticotropin releasing
hormone) ke hipofisis. CRH menyebabkan hipofisis mensekresi ACTH
(Adrenocorticotropin hormone) yang menstimulus kelenjar adrenal menghasilkan
cortisol ke dalam darah. Tanda-tanda dan keluhan yang terjadi antara lain
obesitas di bagian atas tubuh, wajah membulat, kulit terluka dengan mudah,
lemah tulang, mentruasi tidak teratur pada wanita, dan
infertilitas pada pria.
3) Kelainan pada Hipotalamus
Pusat makan dan kenyang, yang mengatur
rasa lapar dan kenyang, terdapat pada hipotalamus. Pusat kenyang berfungsi
menghambat pusat makan, begitu pula sebaliknya. Yang mengatur semua hal
tersebut adalah polipeptida. Polipeptida tersebut antara lain adalah
neuropeptida Y dan Leptin. Neuropeptida Y meningkatkan nafsu makan sedangkan
leptin menurunkan nafsu makan dan meningkatkan konsumsi energi.
Obesitas terjadi apabila leptin tidak tersedia di otak atau rusak. Yang terjadi adalah gen reseptor leptin mengalami defek. Reseptor leptin terdapat pada jaringan adipose coklat. Kemungkinan lainnya adalah terganggunya transportasi leptin ke dalam otak atau defek dalam mekanisme yang diaktifkan oleh gen manusia. Leptin menyebabkan peningkatan lipólisis dan penurunan lipogenesis. Selain itu, leptin merangsang sekresi insulin.
Obesitas terjadi apabila leptin tidak tersedia di otak atau rusak. Yang terjadi adalah gen reseptor leptin mengalami defek. Reseptor leptin terdapat pada jaringan adipose coklat. Kemungkinan lainnya adalah terganggunya transportasi leptin ke dalam otak atau defek dalam mekanisme yang diaktifkan oleh gen manusia. Leptin menyebabkan peningkatan lipólisis dan penurunan lipogenesis. Selain itu, leptin merangsang sekresi insulin.
2. Eksternal
a. Gaya hidup atau Tingkah Laku
Kemajuan
teknologi, seperti adanya kendaraan bermotor, lift, dan lain sebagainya dapat
memicu terjadinya obesitas karena kurangnya aktifitas fisik yang dilakukan oleh
sesorang. Gaya hidup yang seperti ini yang meningkatkan risiko obesitas.
Mengonsumsi makanan junk food juga dapat menyebabkan obesitas karena pada
umumnya berkalori tingggi.
b. Lingkungan dan faktor lain
Obesitas juga dapat disebabkan oleh emosi. Orang mungkin makan berlebihan ketika depresi, merasa putus asa, marah, bosan, dan berbagai sebab lain yang sebenarnya tidak butuh makan. Ini umum terjadi pada wanita muda. Perasaan mereka berpengaruh terhadap kebiasaan makanya. Selain itu, factor ststus sosial dan ekonomi sangat memengaruhi. Pada masyarakat menengah ke bawah, obesitas sangat identik dengan makmur. Namun, pada masyarakat modern, obesitas adalah hal yang harus dihindari.
Obesitas juga dapat disebabkan oleh emosi. Orang mungkin makan berlebihan ketika depresi, merasa putus asa, marah, bosan, dan berbagai sebab lain yang sebenarnya tidak butuh makan. Ini umum terjadi pada wanita muda. Perasaan mereka berpengaruh terhadap kebiasaan makanya. Selain itu, factor ststus sosial dan ekonomi sangat memengaruhi. Pada masyarakat menengah ke bawah, obesitas sangat identik dengan makmur. Namun, pada masyarakat modern, obesitas adalah hal yang harus dihindari.
E.
Cara pengukuran Obesitas
Pada umumnya Obesitas dapat dibagi
atas dua kelompok besar, yaitu Obesitas tipe Android dan Obesitas tipe Gynoid.
1. Obesitas
tipe Android
Badan
berbentuk gendut seperti gentong atau buah apel, perut membuncit kedepan,
banyak didapatkan pada kaum pria, sehingga disebut pula obesitas tipe pria atau
male type obesity. Tipe ini cenderung mengakibatkan penyakit jantung
koroner, diabetes, dan stroke. Nama lain obesitas tipe ini adalah obesitas tipe
sentral (central obesity), abdominal obesity, atau visceral obesity.
Disebut obesitas
viseral karena penimbunan lemak terjadi di dalam rongga perut (abdomen),
tepatnya di sekitar omentum usus (viseral). Lemak viseral yang berlebihan ini
memperoleh suplai darah dari pembuluh darah omentum, dan mengeluarkan banyak
bahan kimia dan hormone ke dalam peredaran darah. Banyaknya lemak yang
tertimbun dalam rongga perut mencerminkan makin lebarnya lingkaran pinggang
(waist circumference) orang itu.
2.
Obesitas tipe Gynoid
Banyak dijumpai pada kaum wanita,
terutama yang telah masuk masa menopause, panggul dan pantatnya besar, dari
jauh tampak seperti buah pir. Tipe ini dinamakan juga obesitas tipe wanita atau
female-type obesity. Nama lain tipe ini adalah obesitas tipe perifer
(peripheral obesity), atau gluteal obesity (dari kata gluteus yang berarti
pantat).
Adapun cara menentukan derajat obesitas
yang paling sering dipakai adalah dengan mengukur Body Mass Index atau
BMI, yaitu dengan mengukur tinggi badan (dalam meter) dan berat badan (dalam
kilogram), kemudian membagi berat badan dengan kuadrat dari tinggi badan. Lihat
Rumus dibawah ini:
BMI = Berat Badan / ((Tinggi Badan (m))
x (Tinggi Badan (m)))
Contoh seseorang dengan berat badan
70 kg dan tinggi badan 160 cm, maka didapatkan
BMI = 70 / (1.6 x 1.6) = 27.3
(Gemuk)
KLASIFIKASI
OBESITAS WHO
|
BMI
|
|
POPULER
/ UMUM
|
(kg/m2)
|
|
Underweight
|
Kurus
|
<
18,5
|
Healthy
weight
|
Normal
|
18,5
– 24,9
|
Obesitas
derajat 1
|
Overweight
/ Gemuk
|
25
– 29,9
|
Obesitas
derajat 2
|
Obesitas
|
30
– 39,9
|
Obesitas
derajat 3
|
Obesitas
Morbid / Berat
|
>
40
|
Menurut WHO, BMI orang normal adalah
18,5 – 24,9. BMI kurang dari 18,5 dikatakan kurus. Sedangkan BMI 25 keatas
disebut obesitas, yang dibagi pula dalam obesitas derajat satu (BMI 25 – 29,9),
obesitas derajat dua (BMI 30 – 39,9), dan obesitas derajat tiga atau morbid /
severe obesity (BMI 40 atau lebih). Untuk lebih rincinya, berikut
adalah table klasifikasi obesitas menurut WHO dan umum:
Berat
badan yang sehat, normal, atau ideal (Healthy Weight) adalah berat badan yang
bukan Underweight, bukan pula Overweight (Kegemukan) atau obesitas, berarti BMI
20 – 25, lingkar pinggang dibawah 88 cm untuk wanita dan di bawah 102 cm untuk
pria.
F.
Mekanisme terjadinya obesitas
Obesitas
terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun penyebabnya,
yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake atau
masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi
expenditure atau energi yang dikeluarkan.
Mekanisme
dasar terjadinya kegemukan adalah masukan kalori & nbsp; yang melebihi
pemakaian kalori untuk memelihara dan pemulihan kesehatan yang ,berlangsung
lama. Kelebihan kalori tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak, yang lama
kelamaan akan mengakibatkan kegemukan.
G.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat obesitas
Namun, berapa pun pertambahan berat badan Anda dan
menimbulkan obesitas, semua memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Pasalnya,
obesitas memicu beragam penyakit di dalam tubuh. Dikutip dari Times of India, setidaknya ada 10 penyakit yang muncul
dari kondisi seseorang yang mengalami kegemukan:
1. Diabetes tipe 2. Banyak studi mengungkapkan
obesitas berkaitan dengan risiko diabetes. Bahkan, jika sudah kena penyakit
ini maka bisa menjalar untuk mengalami komplikasi penyakit yang lebih serius.
Misalnya serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, hingga kerusakan
saraf yang berujung amputasi.
2. Serangan jantung. Lemak dalam tubuh bisa menutupi
pembuluh darah jantung dan menyumbatnya. Ini yang kemudian menyebabkan serangan
jantung koroner.
3. Hipertensi. Orang gemuk cenderung memiliki
tekanan darah tinggi. Hal ini bisa diatasi dengan mengurangi berat badan dan
berolahraga.
4. Sleep apnea. Tandanya adalah sulit tidur
nyenyak dan suka mengorok saat tidur. Ini adalah gangguan pernafasan yang
membuat jalan udara seakan berhenti beberapa kali kala terlelap. Sleep apne
dikaitkan dengan kemunculan hipertensi, gagal jantung, dan penyakit lainnya.
5. Asam urat. Orang obesitas empat kali lebih
berisiko mengalami asam urat atau gout. Penyakit ini menyerang sendi yang
diakibatkan tingginya kadar purin di daerah sendi. Sendi bisa bengkak, memerah,
dan nyeri. Mengurangi berat badan bisa menjadi salah satu solusi.
6. Kolesterol tinggi. Kegemukan cenderung memicu
tingginya kolesterol jahat (LDL) ketimbang kolesterol baik (HDL). Banyaknya
kolesterol jahat menjadi penyebab penyakit kardiovaskular dan stoke.
7. GERD atau refluks asam. Obesitas meningkatkan refluks karena lemak perut memberikan
tekanan pada cincin otot yang ada di bawah kerongkongan. Ukuran tabung cincin
ini sekitar 10 inci yang menghubungkan tenggorokan ke perut. Dalam kondisi
tidak obesitas, fungsinya mencegah kembalinya asam lambung ke kerongkongan.
8. Osteoarthritis. Kelebihan berat badan menyebabkan
sendi mengalami tekanan berlebih untuk menopang tubuh. Akibatnya, dimungkinkan
sendi mengalami osteoarthritis yang justru akan merusaknya dalam jangka
panjang.
9. Kanker. Obesitas punya peran penting dalam
pembentukan sel kanker secara aktif. Dan, risiko kanker yang kerap ditemui pada
tubuh gemuk adalah kanker usus, payudara, dan tenggorokan.
10.
Gagal jantung. Peningkatan indeks massa tubuh dikaitkan dengan
peningkatan risiko gagal jantung.
H.
Cara penanggulangan obesitas
Menurut
perhimpunan Studi Obesitas Indonesia atau Indonesian Society for the Study
of Obesity, penanganan kegemukan dilaksanakan berpedoman pada lima prinsip
yaitu:
1.
Motivasi
Jika
seseorang menganggap gemuk bukan hal yang merisaukan, tentu program penurunan
berat badan tidak akan berhasil. Sebagai contoh ada seorang pembawa acara yang
berbadan gemuk dan senang akan kondisi tubuhnya. Beberapa kali diwawancarai,
yang bersangkutan dengan semangat mengatakan bahwa ia tidak akan menurunkan
berat badannya. Tetapi apa yang terjadi? Saat ini terlihat sang presenter kurus
akibat mengalami penyakit tertentu.
Sebelum
memulai program penurunan berat badan, pertama-tama yang harus diubah adalah
pola pikir dari orang gemuk. Motivasi menjadi kurus harus kuat tertanam di
dalam dirinya, bukan sekedar ikut-ikutan karena misalnya baru saja membaca
tulisan ini. Motivasi ini bis diperkuat dengan bergabung dalam kelompok mereka
yang mempunyai program sama, berdiskusi dengan pakarnya, dan lain sebagainya.
Biasanya dalam kelompok, para anggota bisa saling mengingatkan dan saling
berkompetisi. Begitu pula dengan adanya pakar dalam kelompok tersebut, usaha
yang dilakukan menjadi sistematik dan terarah. Adalah lebih baik jika penurunan
berat badan dilakukan pada saat belum mengalami kondisi penyakit tertentu,
bukan akibat dari penyakit yang diderita.
2. Pengaturan Diet
Makin
gemuk seseorang maka makin mudah untuk merasa lapar. Ini karena pengaruh
zat/hormon yang terdapat dalam sel-sel lemak. Maka usaha pembatasan diet harus
dilakukan sesegera mungkin. Jika yang bersangkutan menganggap bahwa usaha
pembatasan diet bisa dilakukan kapan saja (tetapi tidak saat ini), tentu
usahanya menjadi lebih sulit. Karena itu, pada saat ini juga, tetapkanlah bahwa
saya harus membatasi diet saya, sebelum menjadi lebih gemuk lagi dengan risiko
lebih susah lagi untuk berdiet. Carilah makanan yang rendah kalori. Mulailah
hari kita hanya dengan mengonsumsi setengah dari porsi makan Anda sehari-hari.
Semua porsi yang kita makan dikurangi separoh. Itu saja. Jangan lupa pula
membatasi makanan manis, asin, dan lemak. Tetapi harus diingat, jangan sampai
kebablasan mengatasi kegemukan. Anjuran WHO, jumlah penurunan massa tubuh yang
baik dan aman adalah sekitar setengah hingga 1 kg per minggu.
3. Pola Hidup Sehat
Selain
pengaturan diet, biasakanlah menimbang badan Anda untuk mengevaluasi usaha Anda.
Hal ini kelihatan sepele namun memberi efek yang tidak kalah besarnya dengan
program diet itu sendiri. Begitu pula dengan berolahraga, lakukan dengan baik
dan benar.
4. Terapi Kedokteran
Meskipun
banyak obat-obatan yang ditawarkan agar bisa menjadi langsing, namun sebaiknya
sebelum menggunakan obat-obatan, berkonsultasi dulu dengan dokter. Tanyakanlah
bagaimana cara kerja, efek samping, atau bahaya jika obat tersebut secara
berlebihan terdapat dalam tubuh. Obat yang cocok pada seseorang belum tentu
cocok dan sesuai pada orang lain. Lagi pula, program penurunan berat badan
tidak bisa hanya bergantung pada obat-obatan.
5. Pembedahan
Pembedahan
berupa pengambilan lemak perut (omentum) dilakukan jika seseorang telah
memiliki BMI sama atau lebih dari 40. Selain itu bisa juga dilakukan pada BMI
kurang dari 35 jikalau telah memiliki penyakit yang bisa mengancam jiwa akibat
berat tubuh berlebihan.
I.
Program Pemerintah
Program
Nasional di bidang kesehatan :
a. Lingkungan
sehat,Perilaku sehat,dan pemberdayaan masyarakat
b. Upaya
Kesehatan
c. Perbaikan
Gizi Masyarakat
d. Sumber Daya
Kesehatan
e. Obat,Makan
dan Bahan Berbahaya
f. Kebijakan
dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
Pogram
Kesehatan Kota Makassar
a. Peningkatan
Sarana dan Prasarana
b. Pencegahan
dan Pemberantasan penyakit menular
c. Penanggulangan
Gizi Buruk
d. Kesehatan
Ibu dan Anak
Tugas
utama kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warga
negaranya yaitu setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia tanpa
meninggalkan upaya penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan
perbaikan kualitas lingkungannya.
Titik
berat Pembangunan Nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden RI pada
tanggal 1 Maret 1999 yaitu Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan yang
artinya setiap sektor harus mempertimbangkan aspek kesehatan dalam setiap
program pembangunan. Hal ini berarti pula kesehatan merupakan bagian
integral dari program pembangunan nasional (Propenas) yang juga telah
ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000.
Namun,meskipun
sudah dicanangkannya berbagai program kesehatan baik tingkat nasional maupun
provensi dan kab/kota tapi belum juga menunjukkan hasil yang signifikan dalam
hal penurunan prevalensi Obesitas.Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami
peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Ditinjau dari Prevalensi
obesitas di Indonesia yang terus mengalami peningkatan mencapai tingkat yang
membahayakan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah belum mampu menangani kasus
penderita Obesitas.Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada
anak telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik
68,48%, gizi kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi
lebih 3,4% (Data SUSENAS, 2005).
Sedangkan
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi
nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri
dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan
berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%.
Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17
tahun.
Menurut
data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan. angka kegemukan cukup tinggi,
yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median baku
WHO-NCHS. Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka
beban pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan semakin bertambah (Kanwil Depkes,1998). Sedangkan
prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di
Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar
orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta di
antaranya dikategorikan obesitas.
Penelitian
Obesitas yang dilakukan di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2007
selama kurang lebih 1 bulan (21 Mei – 21 Juni 2007) bahwa ada 68 responden yang
obesitas.
Data-data tersebut merupakan indicator penilaian bahwa belum berhasilnya
program-program pemerintah di bidang kesehatan khususnya status gizi karena
prevalensi penderita obesitas masih meningkat tiap tahunnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang
terjadi akibat akumulasi jaringan lemak yang berlebihan dan dapat mengganggu
kesehatan. Obesitas terjadi bila ukuran dan jumlah sel lemak bertambah.
2. WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah
dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat
ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas.
3. Obesitas merupakan suatu faktor risiko Penyakit
Jantung Koroner (PJK) serta meningkatkan mortalitas dan morbiditas
kardiovaskuler secara Langsung maupun tidak langsung.
B. Saran
1. Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan
yang baik dan sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Pengurangan kalori dan meningkatkan olah raga
merupakan cara alami yang murah meskipun tidak mudah untuk
mempertahankan dalam jangka waktu lama.
2. Bila perubahan cara hidup gagal menurunkan Berat Badan
, perlu diberikan obat obat-obatan yang
aman dan efektif , sebaiknya dipilih obat yang bekerja
lokal pada usus karena efek samping nya lebih
kecil dibandingkan dengan yang sistemis.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain
penelitian longitudinal untuk mengetahui determinan Penyakit Jantung Koroner
(PJK) .Peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian tentang hubungan
obesitas terhadap faktor resiko kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Daftar
Pustaka
.
Anonim.2007.Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun
2007.(Online), http://dinkessulsel.go.id/new/images/profil_kab/profil%20makassar-2007.pdf,diakses 14 April 2014
Arul.2009.Obesitas.(Online), http://adul2008.wordpress.com/2009/04/11/obesita/, diakses 14
April 2014.
Fadilah.2011.Obesitas dan Penyakit Jantung Koroner.Artikel Ilmu Penyakit
Dalam.(Online), http://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/01/obesitas-dan-penyakit-jantung-koroner.html,
diakses 14 April 2014.
Gusmiati.2011.FastFood,pemicuobesitasdanpenyakitjantung.(Online),(http://www.primaironline.com/berita/rileks/535304-fast-food-pemicu-obesitas-dan-penyakit-jantung,diakses 14 April 2014.
Indarto.2008.FaktorpenyebabObesitas.(Online),
http://reseplangsing.blogspot.com/2008/10/beberapa-faktor-penyebab
obesitas.html,diakses 14 April 2014.
Jungelian.2008.Mari mengenal lebih jauh tentang
jantung koroner.(Online),
Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional
Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan
Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi . Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS
IKIP MALANG34.
Zullies.2009.MenumpasObesitas.(Online),
https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/obesitas/,diakses 14 April
2014.
loading...
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Telah Mengunjungi Blog Ini, Silahkan Berikan Komentar dan Saran Anda