Makalah Persepsi Sehat Sakit di Negara Non Barat

loading...

BAB I
PENDAHULUAN
A.        LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya.
Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang -kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu.
Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap -tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya. asuhan keperawatan, perawat menyadari bahwa klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menyadari bahwa klien adalah manusia utuh dan unik yang terdiri dari aspek bio, psiko, sosial, dan spritual tuntutan masyarakat akan kwalitas pelayanan perawatan cenderung semakin meningkat. Hal ini membawa dampak yang positif terhadap peran dan fungsi perawat untuk mengantisipasi tuntutan masyarakat mutu pelayanan perawatan.
Pada pengkajian seringkali perawat hanya memusatkan perhatian pada aspek biologis atau fisiknya saja, sehingga asuhan keperawatan secara konprensif tidak tercapai. Maka dari itu perlunya perawat untuk membekali baik ilmu maupun pengalaman-pengalaman. Sehingga respon klien dapat terkaji lebih dalam dengan tujuan mengenal dan menentukan masalahnya atau kebutuhannya.
Persepsi tentang sehat sakit adalah merupakan hal yang banyak terdapat unsure subjektivitas yang dipengaruhi oleh unsur – unsur pengalaman masa lalu, social budaya yang akhirnya menimbulkan perbedaan persepsi.


Konsep sehat dan sakit dalam pandangan orang dipersepsikan secara berbeda. Persepsi merupakan sesuatu hal yang bersifat subjektif. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar dan pengetahuannya. Persepsi sehat dan sakit adalah relatif antara satu individu dengan individu lain, antara kelompok masyarakat dan antara budaya satu dengan budaya yang lain. Karenanya konsep sehat dan sakit bervariasi menurut umur, jenis kelamin, level sakit, tingkat mobilitas dan interaksi sosial.
Masyarakat awam mendefinisikan sehat sebagai keadaan yang enak, nyaman, bahagia, dan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dalam kondisi yang prima. Sedangkan sakit didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang mengalami gangguan fisik sehingga timbul rasa atau perasaan yang tidak mengenakan, tidak nyaman, dan tidak bisa melakukan pekerjaan sehari-hari. Konsep sehat-sakit ini mengakar pada masyarakat luas dan berlaku bagi berbagai kalangan (pria dan wanita, dewasa dan anak-anak).
Gejala sakit pada anak ditandai dengan tingkah laku yang gelisah, rewel, sering menangis, tidak nafsu makan, dan pucat. Pada orang dewasa gejala sakit misalnya lesu, demam, atau tidak bisa melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasanya. Dalam konsep sehat sakit masyarakat, penyakit bisa disebabkan oleh alam (angin, hujan, panas matahari) juga kekuatan supranatural (gangguan roh gaib atau berasal dari Tuhan).


B.            RUMUSAN MASALAH
1.                   Bagaimana persepsi sehat di negara non barat?
2.                  Bagaimana persepsi sakit di negara non barat?
3.                  Bagaimana persepsi sehat sakit di negara non barat?

C.            TUJUAN
Kita dapat mengetahui persesi sehat atau sakit dan persepsi sehat sakit.


BAB II

PEMBAHASAN
A.        PERSEPSI SEHAT

Sejak dahulu sekitar abad 1 bahwa konsep sehat sakit telah dipergunakan walaupun pengertian masih sangat terbatas. Pada saat ini sehat banyak diartikan dalam kadar yang normal atau lazim yang terjadi pada individu dalam arti bahwa individu tersebut
tidak merasakan keluhan sebaliknya sakit diartikan suatu keadaan yang tidak normal atau lazim pada diri seseorang, misalnya adanya keluhan pusing yang tidak tertahankan, panas, dan sebagainya, sehingga pada saat itu dapat disimpulkan bahwa sehat itu bukan dari suatu penyakit.
          Pengertian sehat menurut :
a.      Sehat menurut WHO.
Sehat: a state of complete physical, mental, and social well being and not merely the absence of illness or indemnity. (sesuatu keadaan yang sejahtera menyeluruh baik fisik, mental, dan social dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan).
b.     Depkas RI
Masalah sehat merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
c.      Uu.kes no. 23.1992
Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
d.     Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
e.     Pender
      Sehat merupakan perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.
f.      Paune
      Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (self care Aktions) secara adekuat.

         Karakteristik Sehat
    Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif:
a.            Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
b.            Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
c.            Penghargaan terhadap peran pentingnya peran individu dalam hidup.

Model Keyakinan-Kesehatan
Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman (1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan.Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.
Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain:
a. Persepsi Individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit.
Misal: seorang klien perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat keluarganya, apalagi kemudian ada keluarganya yang meninggal maka klien mungkin merasakan resiko mengalami penyakit jantung.

b. Persepsi Individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.
Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit, anjuran untuk bertindak (misal: kampanye media massa, anjuran keluarga atau dokter dll)

c. Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil.
Seseorang mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup, meningkatkan kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.



Ada 4 unsur pendatang tentang sehat:
1. Biologis : bebas dari penyakit.
2. Psikologis : sejahtera dan aktualisasi diri.
3. Sosial : mampu mangadaptasi tanggung jawab sosial, dan fungsi peran.
4. Adaptasi : mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan.

           Faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan dan tindakan kesehatan.
a.  Faktor internal
1.     Tahap perkembangan Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan. Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahanpenyakit.
2.    Pendidikan atau tingkat pengetahuan Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan.
3.    Persepsi tentang fungsi Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan cara melak¬sanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya. Untuk itulah perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif yiatu tentang cara klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri), juga data objektif yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan).
4.    Fator emosi Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya
5.     Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keya­kinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.

Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu, sehingga perawat hams memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.



b.        Faktor eksternal
1.      Praktik dikeluarganya Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatannya.
2.    Faktor sosio ekonominya Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.  Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja. Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.
3.    Latar belakang budaya Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

B.  PERSEPSI SAKIT
       Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia.
         Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan.
Gejala sakit pada anak ditandai dengan tingkah laku yang gelisah, rewel, sering menangis, tidak nafsu makan, dan pucat. Pada orang dewasa gejala sakit misalnya lesu, demam, atau tidak bisa melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasanya. Dalam konsep sehat sakit masyarakat, penyakit bisa disebabkan oleh alam (angin, hujan, panas matahari) juga kekuatan supranatural (gangguan roh gaib atau berasal dari Tuhan). 
sakit merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan sosial. Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit.
Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalanaio operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme.
Sakit juga ketidak seimbangan dari kondisi normal tubuh manusia diantaranya sistem biologik dan kondisi penyesuaian. Sakit menurut Bauman, 1985. mengemukakan tiga kriteria dari keadaan sakit:
· Adanya gejala
· Persepsi tentang keadaan yang dirasakan.
· Kemampuan dalam aktivitas sehari-hari.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit

1. Faktor Internal
a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari.
Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.
Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.

b.  Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.

2. Faktor Eksternal
a. Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.

b. Kelompok Sosia
l
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.

c. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.

d. Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

e. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
f. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll).

Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola, dll.

DAMPAK SAKIT

1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.
Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam, mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi mudah marah, dan lebih memilih menyendiri.
Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarikd diri.
Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress, karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.

2. Terhadap Peran Keluarga
Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami perubahan.
Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.
Perubahan jangka pendek à klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka penjang à klien memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan ’Tahap Berduka’.
Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.

3. Terhadap Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya. Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.

Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:
* Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu)
* Kapasitas adaptasi
* Kecepatan perubahan
* Dukungan yang tersedia.

3. Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.
Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa terobservasi dibandingkan perubahan peran.
Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.
Misal: Klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain atau kepada teman-temannya à klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.
Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi yang dialami klien.

5. Terhadap Dinamika Keluarga
Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.
Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan tertunda sampai mereka sembuh.
Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional
.
Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika anaknya sudah dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah.
·                             Rentang sakit
Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit kronis dan kematian.
Tahapan proses sakit yaitu :
1.             Tahap gejala
Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala.
2.            Tahap asumsi terhadap sakit
Pada tahap inin seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang di alaminya dan akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang di rasakan pada tubuhnya.
3.            Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Tahap ini seorang mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan.
4.            Tahap penyembuhan
Tahap ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi,di mana srsrorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit.
5.             Konsep lingkungan
Paradigma keperawatan dalam konsep lingkungan ini adalah memandang bahwa lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dapat mempengaruhi kebutuhan dasar manusia selama pemberian asuhan keperawatan dengan meminimalkan dampak atau pengaruh yang ditimbulkannya sehingga tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai.
Perbedaan persepsi sakit di Negara maju dan tradisional :
Pada Negara maju disebut sakit, bila masyarakat sedikit saja mengalami gangguan pada kesehatan dan akan segera memeriksakan diri ke dokter. Pada saat diperiksa terkadang tidak ditemukan gangguan fisik yang nyata ( hypochondriacal)
Masyarakat Tradisional : disebut sakit jika orang tersebut kehilangan nafsu makannya/gairah kerja menurun bahkan sudah tidak bisa bangun dari tempat tidurnya.
Menurut Bauman (1965), seseoang menggunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit
1.             Adanya gejala naiknya temperatur, nyeri.
2.            Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan baik, buruk, sakit.
3.            Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari bekerja sekolah.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:
Naturalistik dan Personalistik.A.Penyebab bersifat Naturalistik
yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan),kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dinginseperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional(Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungandengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehatbagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitassehari-hari dengan gairah.Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkandirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitassehari-hari seperti halnya orang yang sehat
Sedangkan konsep personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yangdapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia(tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dancara perawatannya. Kusta telah dik enal oleh etnik Makasar sejak lama.Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer),merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalamwaktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut.

C.        PERSEPSI SEHAT SAKIT DI NEGARA NON BARAT
Kesehatan adalah sesuatu yang sudah biasa, hanya dipikirkan bila sakit atau ketika gangguan kesehatan mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang. Sehat berarti kekuatan dan ketahanan, mempunyai daya tahan terhadap penyakit, mengalahkan stres dan kelesuan. menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, “kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomi.
          Konsep sehat dan sakit dalam pandangan orang dipersepsikan secara berbeda. Persepsi merupakan sesuatu hal yang bersifat subjektif. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar dan pengetahuannya. Persepsi sehat dan sakit adalah relatif antara satu individu dengan individu lain, antara kelompok masyarakat dan antara budaya satu dengan budaya yang lain. Karenanya konsep sehat dan sakit bervariasi menurut umur, jenis kelamin, level sakit, tingkat mobilitas dan interaksi sosial.
Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi sehat dan sakit, penyakit (disease) adalah gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Hal ini berarti bahwa penyakit adalah fenomena objektif yang ditandai oleh perubahan fungsi-fungsi tubuh sebagai organisme, yang dapat diukur melalui tes laboratorium dan pengamatan secara langsung. Sedangkan sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit.
Sakit menunjukkan dimensi fisiologis yang subjektif atau perasaan yang terbatas yang lebih menyangkut orang yang merasakannya, yang ditandai dengan perasaan tidak enak (unfeeling well) lemah (weakness), pusing(dizziness), merasa kaku dan mati rasa (numbness). Mungkin saja dengan pemeriksaan medis seseorang terserang suatu penyakit dan salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa sakit dan tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya. Senada dengan penjelasan tersebut, Sarwono mendefenisikan bahwa sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas jasmani dan rohani sehingga seseorang tidak bisa menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana mestinya dalam masyarakat.
Sickness menunjuk kepada suatu dimensi sosial yakni kemampuan untuk menunaikan kewajiban terhadap kehidupan kelompok. Selama seseorang masih bisa menjalankan kewajiban-kewajiban sosialnya, bekerja sebagaimana mestinya maka masyarakat tidak menganggapnya sakit.
Selain faktor sosial budaya, persepsi sehat dan sakit juga dipengaruhi oleh pengalaman masa masa lalu seseorang persepsi tentang sehat-sakit juga dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Pengalaman masa lalu menjadi acuan (referensi) persepsi individu tentang kondisi sehat dan sakit. Seorang individu menggunakan pengalaman sebagai patokan untuk berperilaku dan merupakan sumber dari tujuan dan nilai-nilai pribadinya.
Oleh karena persepsi sehat dan sakit lebih bersifat konsep budaya (cultural concept) , maka petugas kesehatan dalam hal ini harus bisa melakukan pendekatan dan menyelidiki persepsi sehat dan sakit masyarakat yang dilayaninya, mencoba mengerti mengapa persepsi tersebut sampai berkembang dan setelah itu mengusahakan mengubah konsep tersebut agar mendekati konsep yang lebih ojektif. Dengan cara ini pelayanan dan sarana kesehatan dapat lebih ditingkatkan jangkauannya sehingga dicapailah derajat kesehatan yang optimal.
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin budaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.
MASALAH SEHAT DAN SAKIT
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, g enetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor(3)yaitu:
1.             Environment atau lingkungan.
2.            Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
3.            Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4.            Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social,perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
















BAB III
PENUTUP
B.        KESIMPULAN
1.             Sehat adalah suatu keadaan dimana sehat itu tidak hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan fisik, tetapi juga terbebas dari gangguan psikologis, social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang hidup produktif.
2.             sakit merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan sosial. Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.

C.        SARAN
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan yaitu:
1.             Lakukan pencegahan sebelum penyakit menyerang tubuh kita.Lakukan senam dan aktif menggerakkan otot agar kelemahan fisik tidak terjadi.
2.            Selalu berinteraksi dengan orang lain dan orang-orang terdekat dengan kita agar kehidupan social kita tetap terjaga.
3.            Tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Tuhan YME agar pikiran dan jiwa kita tidak terganggu.
4.            Nabi Muhammad SAW lewat sunnahnya memberi perhatian yang serius terhadap kesehatan manusia. Sunnah Nabi menganggap keselamatan dan kesehatan sebagai nikmat Allah yang terbesar yang harus diterima dengan rasa syukur.
5.            Firman Allah dalam Al Quran Surah Ibrahim [14]:7 Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.






DAFTAR ISI

Potter, Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktek/Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry; Alih Bahasa, Yasmin Asih et al. Editor edisi Bahasa indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. Ed.4. Jakarta : EGC

Alam Fajar, Nur. 2010. Modul Dasar-Dasar Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Indralaya :FKM Unsri.
Notoatmodjo, soekidjo.1989. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Yunindyawati.2004. Modul Mata Kuliah Sosiologi Kesehatan. Inderalaya: FISIP Unsri.

loading...

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Telah Mengunjungi Blog Ini, Silahkan Berikan Komentar dan Saran Anda

Teman Anda Sering Mengunjungi Ini: