Laporan PBL 3 Kesehatan Masyarakat

loading...


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
1.1  Latar  Belakang PBL III
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang penduduknya hidup dalam lingkungan sehat dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memilliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Keadaan masyarakat di masa depan atau visi pembangunan kesehatan ini dirumuskan sebagai visi Indonesia Sehat  2015. Untuk dapat mewujudkan visi tersebut, ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan yaitu:
1)    Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,
2)    Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,
3)    Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau,
4)    Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
Sampai saat ini, bangsa Indonesia masih tetap berjuang memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan kurang gizi yang saling berinteraksi satu sama lain, yang menjadikan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia tidak kunjung meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, semua pihak baik pemerintah, swasta, lembaga pendidikan maupun masyarakat harus bekerja cerdik dan memperkuat networking untuk menuntaskan masalah kesehatan diatas, agar supaya visi indonesia Sehat 2015 dapat terwujud.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia yang merupakan sebuah institusi pendidikan kesehatan mempunyai komitmen moral untuk mendukung pencapaian Indonesia Sehat 2015 melalui proses pembelajaran di masyarakat dengan kegiatan  Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) yang akan dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat dengan cara pembelajaran yang terorganisasi dengan baik melalui proses fasilitasi dan pendampingan kepada masyarakat dalam rangka mengantar masyarakat untuk mampu mandiri dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap dipantau agar tidak jatuh lagi, yang dilakukan melalui pemeliharaan semangat kondisi dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran.
Pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu individu maupun kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan kelompok yang didampingi dengan mengembangkan proses interaksi dan komunikasi dari, oleh dan untuk anggota kelompok serta mengembangkan kesetiakawanan dan solidaritas kelompok dalam rangka tumbuhnya kesadaran sebagai manusia yang utuh, sehingga dapat berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kegiatan pendampingan dan fasilitasi sebagai upaya pemberdayaan masyarakat diarahkan kepada : a) pengidentifikasian masalah dan sumber daya; b) diagnosis dan perumusan pemecahan masalah; c) penetapan dan pelaksanaan pemecahan; d) pemantauan dan evaluasi program.
Mahasiswa FKM UMI hadir di masyarakat sebagai change agent di masyarakat yang akan melakukan pendampingan dengan memberikan alternatif, saran dan bantuan konsultatif (peran konsultatif dan partisipatif) terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat dengan melakukan kemitraan dengan instansi setempat untuk mendukung proses pelaksanaan  pembelajaran di masyarakat. Sehingga dengan demikian jika di rinci peran mahasiswa sebagai pendamping di masyarakat adalah :
a)    Peran motivator yaitu menyadarkan dan mendorong kelompok untuk mengenali potensinya untuk memecahkan permasalahan yang dialami oleh masyarakat;
b)    Peran fasilitator yakni bertanggung jawab untuk menciptakan, mengkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok
c)    Peran katalisator melakukan aktivitas sebagai penghubung antara kelompok pendampingan dengan lembaga di luar kelompok maupun lembaga teknis lainnya, dalam rangka pengembangan jaringan.
Peran- peran pendamping tersebut hanya akan dapat dilaksanakan secara maksimal jika pendamping memahami kelompok yang didampinginya, karena itu pendamping diupayakaan dapat hadir ditengah mereka, hidup bersama mereka, belajar dari apa yang mereka miliki belajar dari apa yang yang mereka ketahui.
Untuk pertama kalinya FKM UMI melaksanakan PBL dengan melakukan pendampingan masyarakat yang berbasis  wilayah pedesaan, dengan memilih suatu wilayah sebagai lab Site dari semua kegiatan FKM berbasis masyarakat, yang menekankan kepada aspek kemandirian masyarakat. Sehingga diharapkan dukungan semua pihak (pemerintah dan masyarakat) untuk mewujudkan program pembelajaran FKM UMI di masyarakat dalam rangka membangun kesehatan masyarakat yang syarat sebagai suatu investasi yang sangat berharga untuk masa depan bangsa.

B.   Maksud dan Tujuan PBL III
1.    Maksud PBL III
a.    Memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat yang diprioritaskan pada PBL II.
b.    Memperoleh kemampuan dan keterampilan dalam menyelesaikan suatu masalah kesehatan di masyarakat.
2.    Tujuan PBL III
a.    Tujuan umum :
Meningkatkan pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang ilmu kesehatan masyarakat dan aplikasinya di tengah-tengah masyarakat.
b.    Tujuan khusus :
1)    Mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan intervensi bersama dengan masyarakat.
2)    Mahasiswa mampu mengevaluasi/menilai keberhasilan pelaksanaan kegiatan.
3)    Mahasiswa mampu membuat suatu laporan kegiatan pada setiap kegiatan yang telah dilakukan.


BAB II 
GAMBARAN UMUM LOKASI
2.1 Keadaan Geografi
Kecamatan Tondong Tallasa merupakan salah satu di antara Kecamatan yang ada di wilayah pemerintahan Kabupaten Pangkep Propinsi Sulawesi Selatan. Secara administrasi Kecamatan Tondong Tallasa  terbagi menjadi 6 Desa.
Dalam kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) 1 yang menjadi sasaran  deskriptif  kelompok kami adalah Dusun Bonto Panno yang merupakan salah satu Dusun yang ada di Desa Tondongkura.
Letak Geografis Dusun Bonto Panno :
Secara umum letak Geografis Dusun Bonto Panno adalah sebagai berikut :
1.    Sebelah utara berbatasan dengan Dusun Bonto Tinggi
2.    Sebelah selatan berbatasan Desa Lanne
3.    Sebelah barat berbatasan dengan Maccini Baji
4.    Sebelah timur berbatasan dengan Ujung Bassi.

2.2 Keadaan Demografi
             Berdasarkan Hasil Pendataan primer dan pencocokkan dari data sekunder yang diperoleh dari Kantor Desa Tondongkura, penduduk yang mendiami Dusun Bonto Pannoseluruhnya berjumlah 519  jiwa, dengan kepala keluarga 139KK. Untuk Dusun Bonto Panno perincian penduduknya sebagai berikut :
a)    Jumlah KK                                              = 139KK
b)    Jumlah laki-laki                                     = 248 Jiwa
c)    Jumlah perempuan                              = 271 Jiwa
d)    Jumlah penduduk seluruhnya                       =  519Jiwa
Namun, Hasil pendataan di atas belum mencakup secara keseluruhan KK yang kami dapatkan dari data sekunder karena berbagai kendala yang kami hadapi antara lain ;
a.    Adanya penduduk yang tidak tinggal menetap karena memiliki kesibukan ditempat berbeda. Misalnya Pergi Merantau di daerah lain.
b.    Adanya penduduk yang sedang berada di tempat kerja pada waktu kami mendata.
c.    Masih ada masyarakat yang terdaftar di kantor desa tapi sudah tidak menetap lagi di daerah tersebut.
2.3. Status Kesehatan
 Menurut Hendrik. L. Blum, ada 4 faktor yang mempengaruhi status kesehatan, yaitu :
1.  Lingkungan.
2.  Perilaku Masyarakat.
3.  Pelayanan kesehatan.
4.  Hereditas atau genetika

2.3.1     Lingkungan
Keadaan lingkungan di Dusun Bonto Panno, khususnya di tinjau dari segi sanitasi lingkungan seperti pembuangan limbah, sampah dan jamban belum cukup baik, karena masyarakat masih banyak yang membuang sampah dan limbah di sekitar rumah seperti yang terjadi di hampir sebagian besar warganya membuang sampah atau limbahnya di sekitar rumah. Untuk jamban itu sendiri, hampir sebagian besar masyarakat sudah memiliki jamban dan belum memenuhi standar perilaku sehat.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan di masyarakat Dusun Bonto Panno antara lain keadaan akses berupa jalan raya untuk menjangkau puskesmas/posyandu cukup baik dan jarak antara rumah penduduk di Dusun Bonto Panno dengan puskesmas/posyandu relatif mudah di jangkau oleh masyarakat setempat.
2.3.2.   Perilaku Masyarakat
Dari segi perilaku, tingkat kesehatan masyarakat di Dusun Bonto Panno pada umumnya sebagian besar belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari perilaku merokok dari sebagian masyarakat yang sudah mendarah daging dalam hidup mereka sejak dahulu terutama bagi kaum adam. Dan masalah kebiasaan mereka berhajat belum memenuhi syarat perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS) di jamban kakus tertutup yang belum memenuhi syarat kesehatan.
2.3.3  Pelayanan Kesehatan
Dari segi pelayanan kesehatan di Dusun Bonto Pannop Desa Tonddongkura, Kecamatan Tondong Tallasa sarana dan prasarana kesehatan sudah tersedia berupa posyandu dan pustu. Disamping itu kebanyakan penduduk mencari pengobatan ke pustu.
2.3.4     Hereditas
       Penduduk di Dusun Bonto Panno Desa Tondongkura  sangat heterogen dan pada umumnya masyarakat yang ada di Desa Tondongkura didominasi oleh suku Bugis Makassar.









BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanakan Program Intervensi
Sebelum melaksanakan program PBL III kami terlebih dahulu melakukan survei lapangan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan prioritas masalah sebagaimana yang telah ditetapkan pada PBL II.
Adapun kegiatan yang kami lakukan yaitu berupa survei lapangan, pertemuan serta musyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat dengan tokoh-tokoh agama setempat. Kami juga mengadakan pertemuan langsung dengan masyarakat berupa penyuluhan yang dilaksanakan di kantor desa Tondongkura. Dari hasil kegiatan yang dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa masalah sampah, SPAL dan merokok merupakan prioritas masalah utama yang perlu segera diintervensi.
Adapun kegiatan ekstra yang kami lakukan yaitu:
a.    Melakukan Baksos di mesjid Nurul Amin Desa Tondongkura pada tgl 24 Januari 2014 pukul 08.00 WITA
b.    Ikut serta dalam acara maulid Nabi besar Muhammad SAW di mesjid Nurul Amin Desa Tondongkura pada tgl 24 Januari 2014.
c.    Melakukan kegiatan perlombaan di mesjid Nurul Amin Desa Tondongkura pada tanggal 01-02 Februari 2014

3.1.1     Intervensi PoA I ( Masalah Merokok)
Intervensi PoA pertama sesuai dengan penetapan prioritas masalah yang dilaksanakan pada PBL II yaitu penyuluhan mengenai Bahaya merokok.

Tabel 3.1
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok
di Dusun Bonto Panno Desa Tondongkura
Kecamatan Tondong Tallasa
Kabupaten Pangkep 
Tahun  2013
No.
Penggunaan Rokok
Ya
Tidak
Total
n
%
N
%
n
%
1

Pernah merokok/ mengunyah tembakau ART (<10 tahun)
184



35,5


335



64,5



519



100


Sumber : Data Primer 2013(Nurmujahida)

Berdasarkan hasil pendataan di Dusun Bonto Panno tabel 3.1 distribusi responden bahwa sebanyak 184 0rang (35,5%) pernah merokok atau mengunyah tembakau ART (<10 tahun), sedangkan yang pernah merokok  atau mengunyah tembakau dalam satu bulan terakhir sebanyak 79 orang (15,2%).
Adapun Intervensi yang dilakukan yaitu non fisik yaitu dengan mengadakan penyuluhan yang dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2014 di SMP. Tujuan dari intervensi ini adalah sebagai upaya bagaimana kita bisa menanamkan rasa percaya kepada generasi muda akan bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok dan mencegah tejadinya perilaku merokok pada anak muda sekarang. Serta adanya intervensi fisik yang kami lakukan berupa pemasangan spanduk bahaya rokok di dusun BontoPanno dan di SMP dengan harapan masyarakat akan menyadarari bahaya yang akan ditimbulkan dari kebiasaan buruk yang dilakukannya itu.

3.1.2     Intervensi PoA II ( Masalah tempat pembuangan sampah )
Sama halnya dengan intervensi PoA I, pada intervensi PoA II kami juga melakukan intervensi non fisik berupa penyuluhan dan observasi langsung dari rumah ke rumah.

Tabel 3.2
Distribusi RespondenBerdasarkan Tempat Membuang Sampah
di Dusun Bonto Panno Desa Tondongkura
Kecamatan Tondong Tallasa
Kabupaten Pangkep 
Tahun  2013
No.
Tempat membuang sampah
N
%
1
2
3
4
5
Dikumpulkan Lalu Dibakar
Dikumpul Lalu Ditimbun
Dikebun/ Semak/ Sawah/ Tempat terbuka
Dibuang disekitar rumah
71
10
24
32
2
51,1
7,2
17,3
23,6
1,4

Total
139
100%
    Sumber : Data Primer 2013 ( Arlia)

Berdasarkan hasil pendatan diDusun Bonto Panno Desa Tondongkura Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, jumlahBerdasarkan distribusi responden dari tabel 22 menunjukkan bahwa masyarakat di Dusun Bonto Panno yang membuang sampah dengan cara dikumpulkan lalu dibakar sebesar 71 KK (51,1 %), dikumpul lalu ditimbun adalah sebesar 10 KK (7,4 %), dibuang dikebun / sawah  sebesar 24 KK (17,3%), dibuang disekitar rumah sebesar 32 (23,6 %), sedangkan Lainya 2 KK  (1,4 %).
Adapaun intervensi fisik yang kami lakukan yaitu dengan pembuatan tempat sampah dimana tempat sampah tersebut kami pisahkan antara tempat sampah organik dan non organik yang terbuat dari drum agar dapat bertahan lama. Sedangkan intervensi non fisik yang kami lakukan yaitu dengan penyuluhan dari rumah kerumah atau dimana tempat berkumpulnya masyarakat kami menyampaikan tentang cara mengolah sampah organik dan non organik.dengan tujuan masyarakat mampu mengolah sampah rumah tangga yang organik dapat dimanfaatkan menjadik pupuk organik.
3.1.3     Intervensi PoA III ( Masalah kepemilikan SPAL )
Untuk intervensi mengenai kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL), dilakukan intervensi fisik dan non fisik.
Tabel 3.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Membuang Air Limbahdi Dusun Bonto Panno Desa Tondongkura
 Kecamatan Tondong Tallasa
Kabupaten Pangkep 
Tahun  2013
No
Tempat Membuang Air Limbah
N
%
1
2
3
4
5
Penampungan atau Peresapan
Dialirkan ke got
Dialirkan ke Sawah/ Kebun/ Empang
Dialirkan ke Sungai/  Pantai
Dialirkan ke Sekitar Rumah
44
29
6
2
58
3,7
20,9
4,3
1,4
41,7

Total
139
100%
Sumber : Data Primer 2013 (Arlia)
Berdasarkan hasil pendatan di Dusun Bonto Panno Desa Tondongkura Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, dari distribusi responden tabel 21 menunjukkan bahwa sebagian masyarakat di Dusun Bonto Panno membuang air limbah  di sekitar rumah sebanyak 58 KK (41,7%), telah dialirkan ke got sebanyak 29 KK (20,9 %), di alirkan ke sawah/empang sebanyak 6 KK (4,3 %) ddan di alirkan ke penampungan/peresapan sebanyak 44 KK (3,7%).
Adapun intervensi non fisik yang kami lakukan yaitu dengan cara mensosialisasikan tentang SPAL yang baik pada masyarakat serta memberikan gambaran SPAL percontohan, diharapkan agar kiranya masyarakat Dusun Bonto Panno dapat mengaplikasikan atau membuat SPAL pada rumah mereka sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap pentingnyua SPAL.

3.2  Pembahasan
3.2.1 Intervensi PoA I ( Prilaku Merokok )
Kesehatan pada dasarnya merupakan unsur yang sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat. Banyak hal yang dapat menunjang kebutuhan hidup sehat, salah satunya adalah peningkatan kesehatan masyarakat, oleh karena itu salah satu cara agar kesehatan masyarakat tetap terjaga yaitu dengan berhenti merokok agar terhindar dari berbagai penyakit, seperti kanker, radang paru-paru dsb.
Berdasarkan data yang kami peoleh dari PBL I, sebanyak 184 0rang (35,5%) pernah merokok atau mengunyah tembakau ART (<10 tahun), sedangkan yang pernah merokok  atau mengunyah tembakau dalam satu bulan terakhir sebanyak 79 orang (15,2%). Salah satu faktor penyebab masyarakat merokok karena kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok dan dampak merokok terhadap kesehatan maupun lingkungan. Apalagi pada saat pendataan PBL I telah terdapat beberapa masyarakat yang mengeluhkan rasa sakait pada dada.
Dengan demikian, sebagai langkah awal kami melakukan intervensi non fisik berupa penyuluhan mengenai bahaya merokok dan dampak merokok terhadap kesehatan. Intervensi ini kami lakukan di PBL III  di SMP 2 Desa Tondongkura Dusun Bonto Panno pada hari Jumat tgl 24 Januari 2014 pkl 09.00 WITA.
Intervensi tersebut bertujuan guna memberi pemahaman yang lebih mendalam pada masyarakat di Dusun Bonto Panno Desa Tondongkura Kecamatan Tondongtallasa, Kabupaten Pangkep tentang bahaya merokok serta dampak merokok terhadap kesehatan.
Selain penyuluhan, kami juga membuat spanduk tentang bahaya merokok dan secara langsung memperlihatkan kepada masyarakat dengan dipasang di wilayah dusun Bonto Panno.

3.2.2.   Intervensi PoA II ( Masalah Tempat Membuang Sampah)
Hidup sehat merupakan dambaan dan keinginan setiap orang. Banyak hal yang dapat menunjang kebutuhan hidup sehat, salah satunya adalah terciptanya lingkungan yang sehat dan dinamis. Lingkungan yang sehat akan berperan dan berpengaruh tinggi dan besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dibalik semua itu peran serta masyarakat dalam menjaga lingkungannya harus juga selalu berperan penting.
Berdasarkan data PBL I, bahwa masyarakat di Dusun Bonto Panno yang membuang sampah dengan cara dikumpulkan lalu dibakar sebesar 71 KK (51,1 %), dikumpul lalu ditimbun adalah sebesar 10 KK (7,4 %), dibuang dikebun / sawah  sebesar 24 KK (17,3%), dibuang disekitar rumah sebesar 32 (23,6 %), sedangkan Lainya 2 KK  (1,4 %).Berbagai alasan yang dikemukakan warga, diantaranya tidak ad tempat sampah akhir, praktis kalau dibuang dsekitar rumah, dll. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak yang buruk. Selain berakibat pada Lingkungan, juga dapat membahayakan kesehatan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi. Intervensi yang dilakukan berupa intervensi non fisik berupa penyuluhan dan pemasangan spanduk yang kami lakukan pada PBL III.

3.2.3.   Intervensi PoA III ( Masalah Kepemilikan SPAL )
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera, dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelolah untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran pembuangan air limbah dan bak peresapan.
Berdasarkan data yang kami peoleh dari PBL I, dari 139 KK  masyarakat Dusun Bonto  Panno masih ada 93 KK atau 66,9% yang tidak mempunyai SPAL hal ini disebabkan karena kurangnya tingkat kesadaran, keterampilan dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat kepemilikan SPAL dan dampak yang bisa ditimbulkan.
Jika masalah tersebut di atas tidak di tanggulangi segera maka akan merugikan masyarakat di lingkungan itu sendiri. Kerugian yang dialami baik dari segi fisik maupun moral. Oleh sebab itu perlu dilakukan intervensi.
Intervensi yang dilakukan untuk masalah SPAL adalah intervensi fisik dan intervensi non fisik. Intervensi fisik dan non fisisk dilakukan pada PBL II lalu yaitu pembuatan SPAL percontohan yang dibuat di belakang rumah pak dusun tgl 25 s/d 27 Januari 2014. Intervensi non fisik yaitu berupa penyuluhan dan pembagian brosur yang juga dilakukan di rumah Bapak kepala Dusun Bonto Panno pada hari Sabtu, tanggal 25 Januari 2014 pukul 10.00 wita.
Pada PBL III kami melakukan observasi langsung dari rumah ke rumah pada tgl 31 Jan s/d 02 februari 2014 guna mengetahui apakah ada masyarakat yang telah membuat SPAL sesuai yang telah disarankan dan dicontohkan.
3.3.        Faktor Pendukung dan Penghambat
3.3.1     Intervensi PoA I ( Masalah Prilaku Merokok )
1.    Faktor pendukung
a.    Adanya Mahasiswa sebagai tenaga penyuluh
b.    Adanya partisipasi aktif dari masyarakat, Kepala Sekolah SMP, serta guru yang membantu proses pelaksanaan kegiatan.
c.    Sumber daya masyarakat berupa tempat penyuluhan dan segala perlengkapannya telah siap siaga yakni di kediaman Bapak Kepala Dusun Bonto Panno untuk dijadikan sebagai tempat penyuluhan oleh warga setempat sehingga memudahkan kami untuk melakukan penyuluhan.
d.    Sumber daya masyarakat berupa tempat penyuluhan dan segala perlengkapannya telah siap siaga yakni di SMP untuk dijadikan sebagai tempat penyuluhan sehingga memudahkan kami untuk melakukan penyuluhan
e.    Masyarakat Dusun Bonto Panno yang ramah dan cukup antusias.
f.     Adanya bimbingan dari dosen pembimbing PBL III.
2.    Faktor Penghambat
b.    Kesibukan masyarakat akan aktivitas mereka, sehingga  dilakukan di beberapa tempat.
c.    Masih adanya masyarakat yang merasa acuh tak acuh dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa.
d.    Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok serta dampaknya terhadap kesehatan
e.    Masih adanya sebagian masyarakat yang menganggap rokok bukanlah sesuatu yang membahayakan
f.     Adanya anggapan dari sebagian masyarakat yang mengatakan merokok tidak merokok akan mati juga.
g.    Dikarenakan sebagian besar wilayah PBL III masih termasuk pelosok desa sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah. Selain itu pendidikan sebagian masyarakat dari golongan menengah ke bawah sehingga menyebabkan kami dari pihak mahasiswa/i cukup sulit dalam berkomunikasi.

3.3.2.   Intervensi PoA II ( Masalah Tempat Membuang Sampah )
1.    Faktor Pendukung
a.    Adanya mahasiswa sebagai tenaga penyuluh
b.    Adanya partisipasi aktif dari masyarakat yang membantu proses pelaksanaan kegiatan.
c.    Sumber daya masyarakat berupa tempat penyuluhan dan segala perlengkapannya telah siap siaga yakni Di Kediaman bapak kepala dusun desa Tondongkura untuk dijadikan sebagai tempat penyuluhan oleh warga setempat sehingga memudahkan kami untuk melakukan penyuluhan.
d.    Dukungan yang cukup memadai dari para tokoh masyarakat baik itu kepala Desa dan Dusun, tokoh agama, tokoh masyarakat,dan khususnya para peserta PBL 3.
e.    Masyarakat Dusun Bonto Panno yang ramah dan cukup antusias.
f.     Masyarakat yang ikut serta dalam membantu pembuatan tempat sampah
g.    Adanya bimbingan dari dosen pembimbing PBL III.
2.    Faktor Penghambat
a.    Dikarenakan sebagian besar wilayah PBL III masih termasuk pelosok desa sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah. Selain itu pendidikan sebagian masyarakat dari golongan menengah ke bawah sehingga menyebabkan kami dari pihak mahasiswa/i cukup sulit dalam berkomunikasi.
b.    Anggaran untuk membeli tempat sampah yang terbuat dari drum terlalu mahal sehingga tempat sampah yang kami sediakan cuman sedikit
c.    Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara mengolah sampah organik dan non organik
d.    Faktor kebiasaan masyarakat yang membuang sampah disembarang tempat  serta tidak adanya lahan sebagai tempat pembuangan akhir.

3.3.2     Intervensi PoA III ( Masalah Kepemilikan SPAL )
1.    Faktor Pendukung
a.    Adanya Mahasiswa sebagai tenaga penyuluh
b.    Adanya partisipasi aktif dari masyarakat yang membantu proses pelaksanaan kegiatan.
c.    Sumber daya masyarakat berupa tempat penyuluhan dan segala perlengkapannya telah siap siaga yakni Di Kediaman bapak kepala dusun Bonto Panno untuk dijadikan sebagai tempat penyuluhan oleh warga setempat sehingga memudahkan kami untuk melakukan penyuluhan.
d.    Masyarakat Dusun Bonto Panno yang ramah dan cukup antusias.
e.    Dukungan yang cukup memadai dari para tokoh masyarakat baik itu Kepala Desa setempat dan Kepala Dusun, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan khususnya para peserta PBL III.
f.     Adanya bimbingan dari dosen pembimbing PBL III.
2.    Faktor Penghambat
a.    Kesibukan masyarakat akan aktivitas mereka, sehingga kegiatan yang kami lakukan di hari libur yaitu sabtu dan minggu
b.    Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat kepemilikan SPAL.
c.    Dikarenakan sebagian besar wilayah PBL III masih termasuk pelosok desa sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah. Selain itu pendidikan sebagian masyarakat dari golongan menengah ke bawah sehingga menyebabkan kami dari pihak mahasiswa/i cukup sulit dalam berkomunikasi.
d.    Kondisi tanah di Dususn Bonto panno yang tidak mendukung, yaitu tanah merah dan keras yang sedikit agak liat sehingga air susah untuk menyerap. Oleh sebab itu SPAL yang dibuat tidak berfungsi secara maksimal.kan
e.    Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan SPAL agak sulit untuk didapat
f.     Karena di Dusun Bonto Panno banyak masyarakat yang memiliki hewan ternak, mereka khawatir jika membuat lubang SPAL hewan ternaknya akan terperosok jatuh ke lubang. Hal inilah salah satu factor penghambat masyarakat tidak memiliki SPAL.

BAB IV
EVALUASI PROGRAM INTERVENSI
4.1.        Evaluasi PoA I ( Prilaku Merokok )
4.1.1.  Input
1.    Menyiapkan tenaga penyuluh dari mahasiswa.
2.    Menyiapkan materi penyuluhan mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan maupun lingkungkungan serta bahaya rokok dari aspek yang lain
3.    Menyiapkan tempat penyuluhan dan perlengkapan/peralatan yang diperlukan dalam penyuluhan.
4.    Menyiapkan undangan untuk peserta penyuluhan (masyarakat).
5.    Meminta persetujuan dari kepala sekolah SMP
6.    Pembuatan Brosur penyuluhan yang nantinya akan dibagikan ke masyarakat Dusun Bonto Panno dan siswa/i SMP.
Budget/Sumber Daya yang dibutuhkan
No
Sumber Daya
Tersedia
Belum Tersedia
1
Materi

2
Brosur

3
Spanduk

Rp. 100.000
4
LCD

5
Hadiah

Rp. 26.000
6
Kertas

7
Tinta Print

Rp. 30.000
8
Print

9
Pemateri

10
Post Test

11
Alat Tulis

12
Konsumsi

Rp. 30.000
13
Documentasi


Total

Rp. 186.000

4.1.2.   Proses
Penyuluhan ini dilakukan pada PBL III di SMP 2 Desa Tondongkura pada hari Jumat tgl 24 Januari 2014 pkl 09.00 WITA.
Penyuluhan ini dilakukan sebanyak dua kali. Penyuluhan pertama dilakukan di SMP 2 dan penyuluhan ke dua dilakukan di masyarakat dengan cara door to door. Sebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan kami memberikan pre-post test kepada masyarakat.

Tabel 4
Keterlaksanaan Intervensi
POA I (Penyuluhan Bahaya Merokok)

Program
Keterlaksanaan
Terlaksana
Tidak Terlaksana
Penyuluhan bahaya merokok serta dampaknya terhadap kesehatan
ΓΌ   
-

4.1.3.   Output
Setelah kami melakukan  persiapan dan pelaksanaan PoA kemudian kami melakukan evaluasi atau peninjauan ke masyarakat di Dusun Bonto Panno yang telah diberikan penyuluhan. Hal ini betujuan untuk melihat peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku serta perubahan sikap mengenai masalah kesehatan terutama masalah prilaku merokok. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan ternyata terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai Bahaya dan dampak merokok 6,06%  menjadi 63,93%.

Tabel 5
Prilaku Merokok



Program
Penggunaan Rokok Sebelum Intervensi
Penggunaan Rokok Sesudah Intervensi
n
%
N
%
Penyuluhan
184 orang
78,6 %
 150 orang
71,8 %


Tabel 6
Pre-Post Test PoA I ( Prilaku Merokok )



Program
Pre-Test
(Pengetahuan Ttg Bahaya Merokok)
Post-Test
(Pengetahuan Ttg Bahaya Merokok)
Cukup
%
Kurang
%
Cukup
%
Kurang
%
Penyuluhan Ttg Bahaya Merokok serta dampak yang ditimbulkan
27
Org
81,8
%
6
Org
18,1
%
31
Org
93,9
%
2
Org
6,06
%



4.2.        Evaluasi PoA II (Tempat Membuang Sampah )
4.2.1.   Input
1.    Menyiapkan tenaga penyuluh dari mahasiswa.
2.    Menyiapkan materi penyuluhan mengenai bahaya yang ditimbulkan karena membuang sampah disembarang tempat
3.    Menyiapkan tempat penyuluhan dan perlengkapan/peralatan yang diperlukan dalam penyuluhan.
4.    Menyiapkan undangan untuk peserta penyuluhan (masyarakat).
5.    Pembuatan Brosur penyuluhan yang nantinya akan dibagikan ke masyarakat Dusun Bonto Panno.

Budget/Sumber Daya yang dibutuhkan
No
Sumber Daya
Tersedia
Belum Tersedia
1
Materi

Rp. 4000
2
Brosur

3
Kertas

4
Tinta Print

Rp. 30.000
5
Print

6
Pemateri

8
Post Test

9
Alat Tulis

10
Konsumsi

Rp. 30.000
11
Documentasi


Total

Rp. 64.000




4.2.2.   Proses
   Penyuluhan ini dilakukan pada PBL III  di rumah pak dusun dengan mengundang warga masyarakat pada hari Jumat, tanggal 24 Januari 2014 pukul 16.00 wita.
Penyuluhan ini dilakukan sebanyak dua kali. Penyuluhan pertama dilakukan di pagi hari dan penyuluhan ke dua dilakukan dengan cara door to door. Sebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan kami memberikan pre-post test kepada masyarakat.

Tabel 7
Keterlaksanaan Intervensi
POA II (Penyuluhan Tempat Membuang Sampah)

Program
Keterlaksanaan
Terlaksana
Tidak Terlaksana
Penyuluhan dan Pembuatan tempat sampah
ΓΌ   
-

4.2.3.   Output
Setelah kami melakukan persiapan dan pelaksanaan PoA kemudian kami melakukan evaluasi atau peninjauan ke masyarakat di Dusun Bonto Panno yang telah diberikan penyuluhan dan pembuatan tempat sampah. Hal ini betujuan untuk melihat peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku serta perubahan sikap mengenai masalah kesehatan terutama masalah tempat membuang sampah. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan ternyata terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai manfaat mengolah sampah 3,03% menjadi 96,96%.

4.3.        Evaluasi PoA III ( Kepemilikan SPAL )
4.3.1     Input
Pertama-tama, kami mengadakan pertemuan dengan TOGA, TOMA dan masyarakat Bonto Panno untuk membicarakan masalah waktu dan tempat pembuatan SPAL percontohan di Dusun Bonto Panno. Keesokan harinya kami langsung membuat SPAL percontohan yang berada tepat di belakang rumah Bapak Kepala Dusun.
Pembuatan SPAL ini memakan waktu selama tiga hari dan dibantu oleh Bapak Kepala Dusun berseta anaknya pada tgl 25 s/d 27 Januari 2014.

Budget/Sumber DayaYang Di Butuhkan
Sumber Daya yang di Butuhkan
 Tersedia
Belum Tersedia
Tenaga kerja

Cangkul

Sekop

Konsumsi

Rp 50.000

Setelah SPAL percontohan yang kami buat jadi, kami mengamati SPAL tersebut apakah air limbah mengalir dan meresap dengan baik dan melakukan observasi dari rumah ke rumah pada PBL III. Apakah ada masyarakat yang sudah membuat SPAL seperti yg dicontohkan.
Kegiatan pelaksanaan penyuluhan dilakukan bersamaan dengan penyuluhan tentang bahaya roko, yaitu pada tanggal 25 Januari 2014 pukul 09.00 wita di rumah Bapak Kepala Dusun Bonto Panno. Adapun persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.    Menyiapkan tenaga penyuluh dari mahasiswa.
b.    Menyiapkan materi penyuluhan mengenai manfaat kepemilikan SPAL.
c.    Menyiapkan tempat penyuluhan dan perlengkapan/peralatan yang diperlukan dalam penyuluhan.
d.    Menyiapkan undangan untuk peserta penyuluhan (masyarakat).
e.    Pembuatan Brosur penyuluhan yang nantinya akan dibagikan ke masyarakat Dusun Bonto Panno.

Budget/Sumber Daya yang dibutuhkan
No
Sumber Daya
Tersedia
Belum Tersedia
1
Materi

Rp. 4000
2
Brosur

3
Kertas

4
Tinta Print

Rp. 30.000
5
Print

6
Pemateri

8
Post Test

9
Alat Tulis

10
Konsumsi

Rp. 30.000
11
Documentasi


Total

Rp. 64.000

4.3.2.   Proses
   Penyuluhan ini dilakukan pada PBL III lalu di rumah pak dusun dengan mengundang warga masyarakat pada hari Jumat, tanggal 25 Januari 2014 pukul 09.00 wita. Sebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan kami memberikan pre-post test kepada masyarakat.

Tabel 9
Keterlaksanaan Intervensi
POA III (Penyuluhan Manfaat SPAL)

Program
Keterlaksanaan
Terlaksana
Tidak Terlaksana
Penyuluhan Manfaat Kepemilikan SPAL
ΓΌ   
-


4.3.3.   Output
Setelah kami melakukan persiapan dan pelaksanaan PoA kemudian kami melakukan evaluasi atau peninjauan ke masyarakat di Dusun Bonto Panno terhadap pembuatan SPAL percontohan. Hal ini betujuan untuk melihat perubahan perilaku serta perubahan sikap mengenai masalah kesehatan terutama masalah SPAL. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan ternyata terdapat peningkatan pengetahuan masyarakat dari 3,03% menjadi 96,96%. Dan frekuensi kepemilikan SPAL juga mengalami peningkatan dari 60,6% menjadi 78,7%.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1.        Kesimpulan
Berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah, maka kami melakukan intervensi sebagai berikut:
a.    Masalah Prilaku merokok dilakukan intervensi non fisik berupa penyuluhan dan pembagian brosur mengenai Bahaya Merokok dan dampaknya terhadap kesehatan Dusun Bonto Panno Desa Tondongkura, Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep
b.    Masalah Tempat Membuang Sampah dilakukan intervensi fisik berupa pembuatan tempah sampah dan non fisik berupa penyuluhan mengenai dampak yang dapat ditimbulkan jika membuang sampah disembarang tempat  disertai pemasangan spanduk yang dilakukan di dusun Bonto Panno Desa Tondongkura Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
c.    Masalah kepemilikan SPAL dilakukan intervensi fisik yaitu pembuatan SPAL percontohan dan intervensi non fisik berupa penyuluhan mengenai manfaat kepemilikan SPAL di Dusun Bonto Panno Desa Tondonkura Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.







1.2.        Saran
Dengan adanya PBL III ini diharapkan kepada masyarakat yang berprilaku merokok agar kiranya merubah kebiasaan buruk tersebut karena dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pelaku perokok melainkan mengganggu orang-orang yang ada disekelilingnya, kami juga sangat mengharapkan adanya perubahan masyarakat dengan tidak membuang sampahjnya disembarang tempat serta dapat mengolah sampahnya, harapan kami mahasiswi PBL III agar masyarakat mampu dan mau membuat SPAL seperti halnya yang telah kami berikan contoh mengenai mengenai pembuatan SPAL yang baik.





















  

loading...

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Telah Mengunjungi Blog Ini, Silahkan Berikan Komentar dan Saran Anda

Teman Anda Sering Mengunjungi Ini: