loading...
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehinggga
kami dari kelompok III dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Dasar-Dasar
Hygine Perusahaan tepat pada waktunya sebagai suatu tugas mata
kuliah Dasar – Dasar Kesehatan Kerja.
Tidak lupa pula kami ucapkan rasa terima kasih kepada
dosen bidang study dan teman-teman yang telah ikut dalam membantu menyelesaikan
makalah yang sederhana ini. Kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan makalah ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan kedepan.
Akhirnya harapan dari kami semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk kemajuan ilmu pengetahuan
dan dapat pula membangkitkan semangat
dalam berkarya yang lebih baik untuk
masa yang akan datang, terima kasih kepada semuanya semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmadNya kepada kita. Wassalam.
Makassar, 18 Desember 2012
DAFTAR
ISI
Kata pengantar........................................................................................................... 2
Daftar isi..................................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan...................................................................................................... 4
A.
Latar Belakang................................................................................................ 4
B.
Rumusan Masalah............................................................................................ 4
Bab II Pembahasan.................................................................................................... 5
A.
Pengertian hygiene perusahaan.................................................................... 5
B.
Ruang lingkup dan tujuan
hygiene perusahaan.......................................... 5
C.
Tujuan dari hygiene
perusahaan.................................................................. 8
D.
potensi factor bahaya factor
fisika dan kimia pada hygiene perusahaan
............................................................................................................................8
Bab III Penutup....................................................................................................... 12
A.
Kesimpulan...................................................................................................... 12
B.
Saran............................................................................................................... 12
Daftar pustaka......................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan
istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higien
Perusahan d …an Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja
terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja diantaranya
melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan
yang mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko bagi tenaga kerja yang mungkin
dihadapi di lingkungan kerjanya, maka perlu adanya personil di lingkungan
industri yang mengerti tentang hygiene industri dan menerapkannya di lingkungan
kerjanya. Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua
disiplin ilmu yang berbeda yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan
sehingga mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat
dan produktif. Sejarah hiperkes berkembang setelah abad ke-16. Pada tahun 1556
oleh Agricola dan 1559 oleh Paracelcus di aderah pertambangan. Benardi
Rammazini (1633-1714), dikenakl sebagai bapak Hiperkes, yang membahas hiperkes
di industry textile terutama mengenai penyakit akibat kerja (PAK).
B. Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud higiene industry
b.
Apa saja yang menjadi ruang lingkup dan
tujuan dari hygiene perusahaan
c.
Bagaimana potensi bahaya pada faktor
fisika dan factor kimia yang terjadi dalam hygiene perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hygiene Perusahaan
Higiene perusahaan didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam
melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap
faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja,
yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau
ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat juga
merupakan Ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada pengenalan, evaluasi
dan kontrol faktor lingkungan dan stress yang muncul di tempat kerja yang
mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau
menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan.
Hiperkes
pada
dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang berbeda yaitu medis dan
teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai tujuan yang sama yaitu
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Istilah Hiperkes
menurut Undang – Undang tentang ketentuan pokok mengenai Tenaga Kerja yaitu
lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan-pemeliharaan dan
mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur
pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan
tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-norma hiperkes untuk mencegah
penyakit baik sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta menetapkan
syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja.
Hiperkes berkembang setelah abad ke-16. Pada tahun 1556 oleh
Agricola dan 1559 oleh Paracelcus di aderah pertambangan. Benardi Rammazini
(1633-1714), dikenal sebagai bapak Hiperkes, yang membahas hiperkes di industry
textile terutama mengenai penyakit akibat kerja (PAK).
B. Ruang lingkup dan Tujuan hygiene
perusahaan
Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan
langkah atau metode dalam implementasi HI,dimana urutan tidak bisa dibolak
balik dan merupakan suatu siklus yang tidak berakhir (selama aktivitas industry
berjalan).
Ruang
lingkup hygiene industry terdiri dari :
1) Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi
bahaya dan risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan
higiene industri di tempat kerja. Adapun tujuan dari anntisipasi adalah :
·
Mengetahui potensi bahaya dan risiko
lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko yang nyata
·
Mempersiapkan tindakan yang perlu
sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki
·
Meminimalisasi kemungkinan risiko yang
terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki
Langkah-langkah
dalam antisipasi yaitu :
·
Pengumpulan Informasi
·
Melalui studi literature
·
Mempelajari hasil penelitian
·
Dokumen-dokumen perusahaan
·
Survey lapangan
·
Analisis dan diskusi
·
Diskusi dengan pihak terkait yang
kompeten
·
Pembuatan Hasil
Yang dihasilkan dari melakukan
antisipasi adalah daftar potensi bahaya dan risiko yangndapat dikelompokkan:
–
Berdasarkan lokasi atau unit
–
Berdasarkan kelompok pekerja
–
Berdasarkan jenis potensi bahaya
–
Berdasarkan tahapan proses produksi dll
2) Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali
suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode
yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bias
dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan
dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran
(partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll .
Adapun
tujuan dari rekognisi adalah :
·
Mengetahui karakteristik suatu bahaya
secara detil (sifat, kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran)
·
Mengetahui sumber bahaya dan area
yang berisiko
·
Mengetahui pekerja yang berisiko
3) Evaluasi
Pada
tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel
dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan
kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan
hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau
tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan
dokumen data di tempat kerja.
Tujuan pengukuran
dalam evaluasi yaitu :
·
Untuk mengetahui tingkat risiko
·
Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
·
Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
·
Untuk mengevaluasi program pengendalian
yang sudah dilaksanakan
·
Untuk memastikan apakah suatu area aman
untuk dimasuki pekerja
·
Mengetahui jenis dan besaran hazard
secara lebih spesifik
4) Pengontrolan
Ada
6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
·
Eliminasi : merupakan upaya
menghilangkan bahaya dari sumbernya serta menghentikan semua kegiatan pekerja
di daerah yang berpotensi bahaya.
·
Substitusi : Modifikasi proses untuk
mengurangi penyebaran debu atau asap, dan mengurangi bahaya, Pengendalian
bahaya kesehatan kerja dengan mengubah beberapa
peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
·
Isolasi : Menghapus sumber paparan
bahaya dari lingkungan pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau
menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi
kontrol kamar,
·
Engineering control : Pengendalian
bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja
·
Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang
ditimbulkan.,
·
Mengurangi sumber bahaya dengan
mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya,
·
Proses kerja ditempatkan terpisah,
·
Menempatan ventilasi local/umum.
·
Administrasi control: Pengendalian
bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan
kerja
·
Pengaturan schedule kerja atau
meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya
·
Alat Pelindung Diri (APD), Ini
merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian. Jenis-jenis alat
pelindung diri Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ
tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.
C. Tujuan dari hygiene perusahaan :
·
Meningkatkan
derajat kesehatan karyawan setinggi-tingginya melalui pencegahan dan
penanggulangan penyakit dan kecelakaan akibat kerja serta pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan dan gizi karyawan.
·
Meningkatkan
produktivitas karyawan dengan memberantas kelelahan kerja,meningkatkan
kegairahan kerja dan memberikan perlindungan kepada karyawan dan masyarakat
sekitarnya thd.bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh perusahaan.
D. Potensi
Bahaya Pada Factor Fisika dan Kimia yang Terjadi dalam Hygiene Perusahaan
Faktor
lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja(occupational
health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia.
1.
Bahaya Fisik :
Bahaya
faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja/tekanan panas,
getaran, radiasi dsb
·
Kebisingan
Kebisingan
mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera
pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa
in tensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan
(pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di
pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan
alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.
Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi.Sumber Suara Skala
intensitas(dB) :
Halilintar 120 Kantor gaduh 70,ü
Meriam 110 Radio 60ü
Mesin uap 100 Kantor pd umumnya 40ü
Jalan yg ramai 90 Rumah tenang 30ü
Pluit 80 Tetesan air 10ü
·
Penerangan atau pencahayaan
Penerangan
yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena
mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh
karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan
kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan
pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari
kesalahan kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan
menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya.
Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing),
menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan
berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan
matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda.
Untuk
mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan
objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
· Perbaikan
kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek
tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras
dengan warna objek yang dikerjakan.
· Meningkatkan
penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
· Pengaturan
tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenagakerja. Misalnya
tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam
hari.
·
Getaran
Getaran
mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten.Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam
memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool”
berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ”
Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).
Peralatan
yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan
sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang
belakang.
2.
Bahaya Kimia
Bahaya faktor kimia meliputi
korosi,debu Pb, NOx, NH3, CO, dsb.
·
Korosi
Bahan
kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana
terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang
paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
·
Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada
permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim
atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan
sesak napas, peradangan dan oedema (bengkak)
Contoh:
Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
·
Racun Sistemik
Racun
sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh.
Contoh :
Otak
: pelarut, lead,mercury, manganese
Sistem
syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
Sistem
pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
Ginjal
: cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
Paru-paru
: silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Higiene
industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi,
rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan
atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan
sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti
bagi pekerja maupun warga masyarakat. Higene industri dapat dikatakan sebagai
juru bicara antara profesi keselamatan dan kedokteran.Adapu ruang lingkup
hygiene industry terdiri dari antisipasi, rekognisi, evaluasi dan
pengontrolan.Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan industry yaitu bahaya
fisik, bahaya kimia, factor biologi, ergonomic dan factor psikologi.
B. Saran
Agar
pekerja bisa nyaman dan produktif perlu upaya untuk meminimalkan bahaya di
tempat kerja(factor fisika dan factor kimia). Upaya untuk melakukan
pengendalian bahaya tersebut meliputi: eliminasi, substitusi,isolasi dan
rekayasa enginering, upaya administrasi dan menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD)
DAFTAR PUSTAKA
http://kesmasy.wordpress.com/2010/02/03/hiperkes-higiene-perusahaan-ergonomi-dan-kesehatan/
http://percikcahaya.blogspot.com/2011/01/higiene-perusahaan-dan-kesehatan-kerja_19.html
loading...
4 comments:
thanks..atas tulisan anda...
iy.
Mohon ijin copas untuk bahan kuliah....jazakallah
iy, silahkan
Post a Comment
Terimakasih Telah Mengunjungi Blog Ini, Silahkan Berikan Komentar dan Saran Anda